Wednesday, December 18, 2013

Karang Lunak dan Aspek Biologi

Karang Lunak dan Aspek Biologi -  Berbicara tentang karang dimana terdiri dari karang keras (karang batu) dan karang lunak. Kali ini akan dibahas mengenai karang lunak. Seperti halnya karang batu, karang lunak termasuk filum Coelenterata, kelas Anthozoa, yaitu hewan dengan bentuk seperi bunga yang disebut polip. Karang lunak temasuk sub-kelas Alcyonaria. Sub-kelas Alcyonaria dibagi dalam enam bangsa (Ordo) dan salah satu diantaranya yaitu ordo Alcyonacea yang merupakan karang lunak yang sebenarnya. Urutan-urutan klasifikasi karang lunak (Manuputty, 2002). 
 Filum : Coelenterata
 Kelas : Anthozoa
 Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria)
 Ordo   : Stolonifera
              Telestacea
              Alcyonacea
              Coenothhecalia
              Gorgonacea
              Pennatulacea

Bagian atas tangkai disebut kapitulum, bentuknya bervariasi antara lain seperti jamur, bentuk lobus atau bercabang-cabang. Variasi bentuk inilah ynag menentukan bentuk koloni secara keseluruhan. Kapitulum mengandung polip sehingga disebut bagian fertil, sedangkan tangkainya mengandung spikula yaitu duri- duri kecil dari kalsium karbonat yang berfungsi sebagai penyokong jaringan tubuh, sehingga disebut bagian steril. Spikula adalah kerangka kapur berbentuk seperti tanduk yang berfungsi untuk menyokong tubuh Octocorallia, dan kadang pada beberapa spesies berfungsi sebagai pelindung dari predator. 

Sebagian besar Octocoral hanya memiliki satu jenis polip yang disebut autozooid, yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan dan sebagai alat reproduksi. Spesies yang hanya memiliki satu jenis polip seperti ini disebut monomorphic. Sedangkan pada beberapa spesies, terutama yang berukuran besar disebut dimorfic, karena memiliki jenis polip lain yang berukuran kecil yang disebut siphonozoid . Fungsi utamanya yaitu untuk mengalirkan air ke dalam koloni, serta makanan yang berupa partikel kecil yang tersuspensi dan kemudian diangkut ke dalam tubuh dengan air (Fabricius dan Alderslade, 2001). 

Polip pada karang lunak dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks dan antostela. Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan koloni dan bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk kedalam jaringan tubuh. Apabila antokodia ditarik ke dalam, maka yang nampak dari atas adalah pori-pori kecil seperti bintang. Bangunan luar dari pori-pori inilah yang disebut kaliks. Pada antokodia ditemukan tentakel yang berjumlah delapan dengan deretan duri-duri di sepanjang sisinya. Duri-duri ini disebut pinnula, fungsinya untuk membantu mengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Selain tentakel, terdapat mulut (sifonoglifa) yang melanjutkan diri membentuk septa. Antokodia juga mengandung spikula yang berderet sampai ke ujung masing-masing tentakel. Bagian antostela merupakan bagian basal polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan antara polip satu dengan lainnya terjadi melalui jaring-jaring solenia (Manuputty, 2002).

Salah satu anggota dari Octocoralia yaitu Gorgonia. Gorgonia biasanya merupakan penyusun terumbu karang yang tampilannya sangat menarik. Tubuh terdiri dari sumbu axial rod yang tersusun dari zat-zat organik yang disebut gorgonin. Axial rod biasanya didominasi oleh kalsium karbonat, dan juga pada beberapa jenis yang tidak mengandung zat kapur (Ruppert dan Barnes, 1994).

Reproduksi karang lunak dapat berlangsung dengan tiga cara, yaitu : 1) fertilisasi secara eksternal, yaitu telur-telur diletakkan/dierami pada permukaan tubuhnya, 2) fertilisasi dengan cara melepaskan telur dan sperma dalam kolom air dan bersifat planktonik, 3) reprodusi aseksual yang terjadi melalui pertumbuhan koloni dan fragmentasi, yaitu berupa pembentukan stolon (struktur seperti batang/tangkai individu baru) dari suatu koloni yang berkembang melalui pertunasan (budding) dan runner/sulur (Cole dan Sammarco, 1986). Selain tiga cara reproduksi diatas, menurut Fabricius & Alderslade (2001) masih ada satu tipe lain reproduksi karang lunak, yaitu larva dierami secara internal (dalam tubuh). 

Sebagian besar karang lunak memiliki struktur reproduksi jantan dan betina yang terpisah antara koloni jantan dan betina yang disebut gonokorik. Meskipun demikian, beberapa karang lunak khususnya spesies Heteroxenia dan xenia, tergolong hermafrodit, dimana koloni dewasa berisi dua struktur reproduksi, yaitu jantan dan betina (Fabricius dan Alderslade, 2001). 

Karang lunak Alcyoniidae dan beberapa Gorgonia mengeluarkan sperma dan telur dalam jumlah yang besar ke dalam kolom air yang selanjutnya terjadi fertilisasi. Pemijahan biasanya berhubungan dengan temperatur air. Perkembangan individu dari telur yang fertil hingga menjadi larva membutuhkan waktu beberapa hari sampai minggu, hingga mereka tinggal menetap dan berubah bentuk (metamorfosis) menjadi polip/koloni baru. Larva karang lunak bisa tersebar sepuluh sampai ratusan kilometer dari koloni induknya. Reproduksi seperti ini biasa terjadi pada beberapa spesies gonokorik, antara lain dari genus Clavularia, famili Xeniidae dan beberapa dari Gorgonia. Pada strategi ini, sperma dilepaskan ke dalam air, biasanya beberapa jam setelah matahari terbenam. Pada pemijahan internal, sebagian kecil telur akan terfertilisasi dan membentuk larva di dalam koloni betina. Setelah beberapa hari sampai minggu, larva akan dilepaskan dan mereka sudah hampir siap melakukan metamorfosis. Pemijahan internal biasa terjadi pada Xenia dan Heteroxenia dan beberapa dari Gorgonia. Sedangkan pemijahan eksternal yang biasa terjadi pada Clavularia, Briareum, Rhytisma, Efflatounaria, dan juga beberapa Gorgonia, sel telur yang terbuahi berkembang menjadi larva yang terbungkus oleh lendir di bagian permukaan koloni induk. Larva tersebut mempunyai daya apung negatif sehingga mereka menetap hanya beberapa meter dari koloni induknya. 

Perkembangbiakan karang lunak secara aseksual dapat berlangsung dengan 3 macam cara, yaitu pembentukan alur (stolon), pertunasan dan pembelahan koloni. Dalam perkembangbiakan dengan pembentukan alur, seperti pada jenis Efflatounaria, dimana alur terbentuk (stolon) dari dasar koloni yang memanjang tanpa tangkai dan mencapai ukuran 3 – 5 kali dari ukuran koloni dan melekat pada substrat. Selanjutnya induk koloni melakukan translokasi tubuhnya melalui stolon, sehingga terbentuk koloni baru yang terpisah dari induknya. Selanjutnya stolon akan menghilang dan akan membentuk dua koloni terpisah dengan ukuran yang hampir sama. Beberapa spesies seperti Sarcophyton, Lobophytum, Sinularia, Nephtea, dan Xenia membentuk saluran sempit secara vertical pada koloni induk, dan akhirnya terbagi menjadi dua koloni kecil yang bebas. Pada spesies lainnya, seperti Sarcophyton gemmatum atau Sinularia flexibilis, membentuk tunas kecil pada bagian dasar koloni, kemudian dilepas dan selanjutnya melekat pada substrat membentuk koloni baru yang terpisah. Beberapa spesies Dendronephthya melepaskan 5 – 10 buntelan polip, yang selanjutnya menempel pada substrat dan tumbuh menyerupai bentuk akar. Kelompok Gorgonia jenis Junceella fragilis menggunakan cara reproduksi yang hampir sama dengan Dendronephthya, yaitu dengan melepaskan bagian tubuh paling ujung (karena itu spesies ini dinamakan fragilis), yang selanjutnya akan melekat pada substrat keras tidak jauh dari koloni induknya dan tumbuh sebagai koloni baru yang bebas (Fabricius dan Alderslade, 2001). 

Secara umum Octocoralia termasuk suspension feeders yaitu memperoleh makanan dengan menyaring partikel kecil di dalam air. Partikel-partikel tersebut didominasi oleh partikel-partikel organik yang berukuran kecil (< 20 mikrometer) seperti fitoplankton, siliata, dan mikrozooplankton dan bakterioplankton. Sebagian besar partikel ditangkap dengan pinnule atau tentakel, kemudian di coba dan jika cocok akan ditelan. 

Sama halnya dengan karang keras, karang lunak juga bersimbiosis dengan alga zooxantela, yang termasuk dalam golongan Dinoflagellata. Zooxantela pada Octocorallia berada pada bagian gastrodermal, atau menyebar pada gastrovasculer cavities. Seperti kebanyakan tumbuhan, alga ini memanfaatkan cahaya matahari, karbon dioksida, air dan nutrien untuk menghasilkan zat gula dan zat-zat lainnya. Zat gula yang dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan oleh karang sebagai bahan makanan. Sebaliknya, karang akan memberikan nutrien dan karbon dioksida kepada alga serta perlindungan sebagai tempat hidup (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Demikian tulisan tentang Karang Lunak dan Aspek Biologi semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan tulisan menarik lainnya tentang SEPUTAR DUNIA LAUT hanya di http://seputar-dunialaut.blogspot.com/



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 2:41 AM and have 0 komentar

No comments:

Post a Comment