Friday, December 20, 2013

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak-Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan lahan untuk suatu penggunaan tertentu dalam hal ini untuk kegiatan budidaya tambak. Evaluasi kelayakan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi. 

Sitorus (1985) mengatakan bahwa evaluasi kemampuan lahan merupakan proses menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Evaluasi kemampuan lahan dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan evaluasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan dengan berbagai kategori berdasarkan perbandingan relatif (tanpa melakukan perhitungan secara rinci), sedangkan evaluasi kuantitatif diperlukan untuk evaluasi tingkat kelayakan lahan (feasiblity grade land evaluation). 

Oleh karena itu evaluasi kualitatif merupakan tahap penyiapan bahan untuk evaluasi kuantitatif sedangkan Evaluasi secara kuantitatif dilaksanakan dengan melakukan klasifikasi kemampuan lahan atau kelayakan lahan (land suitablity). Kelayakan lahan merupakan penilaian relatif lahan bagi penggunaan tertentu. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian lahan dipandang sebagai kemungkinan penyesuaian untuk tujuan pengunaan tertentu. 

Penilaian kelayakan lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk budidaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta yang memuat informasi-informasi tentang kondisi lahan dalam kaitannya dengan kelayakan untuk kegiatan budidaya dan menentukan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Beberapa kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kelayakan lahan tambak akan diuraikan sebagai  berikut : 

Jarak Jangkauan Air Laut

Salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang kelangsungan usaha tambak adalah ketersediaan air laut, dimana jarak jangkauan air laut sangat menentukan pola pengaturan air ke areal pertambakan. Kebutuhan terhadap suplai air laut menjadi faktor pembatas yang menentukan kelangsungan hidup hewan kultur. Oleh karena itu jarak jangkauan air laut juga harus masuk dalam perhitungan untuk menilai tingkat kelayakan lahan tambak. Menurut Tarunamulia dan Hanafi (2000), Jarak dari laut yang memenuhi kriteria “ layak” adalah 0 – 2000 meter, dengan syarat suplai air laut yang terjadi pada saat pasang di pesisir barat Sulawesi-Selatan serta dengan kemiringan yang kecil. Lokasi tambak yang terletak terlampau jauh dari sumber air laut akan menyulitkan dalam memenuhi kebutuhan hewan kultur sehingga dan dapat meningkatkan biaya operasional dalam penyediaan air laut. 

Jarak Jangkauan Air Tawar

Jarak jangkauan air tawar adalah merupakan jarak antara sumber air tawar terdekat (sungai, sumur bor) dengan lokasi stasiun pada tambak yang diukur. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air tawar dengan jumlah dan mutu yang memadai. Jarak dari sungai yang memenuhi kriteria “layak” adalah 0 – 500 m. Lahan pertambakan yang memenuhi kriteria tersebut terletak di daerah muara sungai atau dekat dengan jaringan irigasi dan sumber air tawar lainnya, dengan kelimpahan yang cukup pada musim kemarau.etersediaan air tawar sangat penting dalam pengontrolan salinitas, sesuai dengan kebutuhan hewan kultur. Tambak yang terletak terlalu jauh dari sumber air tawar akan menyulitkan dalam pengontrolan salinitas yang berujung pada meningkatnya biaya operasional penyediaan air tawar (Tarunamulia dan Hanafi, 2000). 

Kemiringan Lereng 

Kemiringan lereng merupakan sudut antara bidang datar permukaan bumi terhadap suatu garis atau bidang yang ditarik dari titik terendah sampai titik tertinggi pada suatu bidang lahan tertentu. Kemiringan lereng (topografi) sangat mempengaruhi pengelolaan lahan tambak. Lahan yang curam selain memerlukan banyak biaya untuk konstruksi, juga berdampak pada hilangnya lapisan tanah permukaan yang subur jika terjadi penggalian. Lahan tambak pada daerah yang topografinya tergolong curam pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan memerlukan pemupukan dalam dosis tinggi dan dalam waktu yang lama (Afrianto dan Liviawaty, 1991) 

Dalam Sistem klasifikasi lahan yang dikemukakan oleh Darmawijaya (1992), memperkenalkan klasifikasi kemiringan lahan dinyatakan dalam satuan % ialah perbedaan vertikal untuk tiap jarak horisontal 100 satuan yang sama. Klasifikasi kelerengan dapat dilihat pada tabel  berikut : 


Menurut Djurjani (1998), lahan tambak dengan kemiringan berkisar 0 -1 % merupakan lahan tambak yang bernilai ekonomis tinggi karena merupakan lahan dengan ciri relief datar yang memudahkan dalam pengelolaan air sehingga biaya operasional relatif lebih murah. Sedangkan lahan tambak dengan kemiringan lebih dari 2 % relatif berombak sehingga membutuhkan pengelolaan lahan lebih intensif yang berujung pada meningkatnya biaya operasional untuk memenuhi pasokan air laut dan air tawar. 

Tekstur Tanah 

Tekstur tanah yang dimaksudkan adalah material fragmental yang terjadi dari penghancuran batuan dan bahan-bahan organik yang terendapkan oleh tenaga air atau angin. Menurut Buwono (1993), bahwa faktor tanah memegang peranan penting dalam menentukan sesuai tidaknya suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertambakan. Tanah yang baik tidak hanya mampu menahan air, tetapi tanah tersebut harus mampu menyediakan berbagai unsur hara bagi makanan alami untuk udang dan ikan yang dipelihara. Tekstur tanah dapat dibedakan menjadi berbagai tekstur yaitu lempung liat (clay loam), lempung berpasir (sandy loam) serta lempung berlumpur (silt loam). Setiap tekstur tanah tersebut mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda. 

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1991), tekstur tanah sangat berpengaruh terutama untuk menahan air dan mencegah intrusi air yang mengakibatkan perubahan salinitas dalam tambak. Tanah yang baik untuk dijadikan tambak adalah tanah yang liat dan berlumpur. Tanah demikian sangat keras dan akan mengalami retak-retak bila dikeringkan, Sedangkan dalam keadaan basah mempunyai kemampuan yang baik dalam menahan air. Tanah liat dan berlumpur juga baik untuk pembuatan pematang tambak. Namun tanah yang paling cocok untuk pembuatan pematang adalah sandy clay (tanah liat dan berpasir) atau sandy loam (tanah lempung dan berpasir), karena sangat keras dan tidak retak bila kering. Tekstur tanah diatas juga dapat mendukung substrat untuk beberapa jenis udang, namun kebanyakan udang cocok pada tipe tanah liat. Pada daerah tropis dengan tipe tanah liat memiliki konsentrasi bahan organik tinggi, sehingga memerlukan banyak oksigen. 

Menurut Poernomo (1989), bahwa tekstur tanah yang sesuai dengan lahan tembak berdasarkan paket teknologi (input) yang dapat dilakukan adalah seperti yang tercantum pada Tabel  berikut : 


Berdasarkan material yang dikandungnya, tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari tingkat produksi klekapnya. Tanah liat dan lumpur, selain sangat baik untuk pembuatan pematang juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap, karena bayak mengandung unsur hara. Tanah yang bertekstur pasir kurang baik untuk dijadikan tambak. Karena selain “porous” juga tidak mampu menahan air dan untuk konstruksi pematang akan mudah hancur akibat erosi. Tanah pasir juga kurang subur, sebab sangat miskin unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan klekap. 

Jenis Tanah 

Jenis tanah merupakan bagian dari klasifikasi tanah berdasarkan proses pembentukan dan bahan penyusunnya. Mengetahui jenis tanah sangat penting untuk mengidentifikasi sifat-sifat tanah hubungannya dengan tingkat kesuburan dan kemampuan tanah. Menurut Darmawijaya (1992), pengetahuan dan pengertian mengenai sifat, tabiat dan asal tanah disertai penyebarannya masing-masing sangat berguna bagi pemakai tanah. Terdapat banyak pengklasifikasian tanah dengan tinjauan yang berbeda; seperti sistem klasifikasi atas dasar morfologiknya, sistem klasifikasi atas dasar geologi atau sistem klasifikasi atas dasar genetiknya. Menurut Dudal dan Soepraptoharjo (1957), klasifikasi yang umum digunakan di Indonesia adalah berdasarkan sistem FAO. Jenis tanah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim tropika. Proses pelapukan dan perkembangan tanah berlangsung intensif membentuk jenis tanah yang berusia lanjut, seperti Latosol. Kegiatan vulkanik menjadikan topografi berbukit-bukit dan sering terjadi peremajaan tanah membentuk jenis tanah muda, seperti regosol. Masing-masing jenis tanah memiliki kemampuan dan tingkat kesuburan yang bervariasi. Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya daripada pengaruh iklim dan vegetasi. Dengan memperhatikan cara terbentuknya secara fisiografi terbentuknya tanah aluvial terbatas pada : lembah sungai, dataran pantai, dan bekas danau. Semuanya mempunyai relief datar atau cekungan. Menurut Darmawijaya (1992), tanah aluvial di Indonesia pada umumnya selain dapat memberi hasil pada produksi pertanian juga pada pemeliharaan tambak perikanan. Sedangkan jenis tanah lain seperti regosol yang bahan induknya adalah dari tufa merupakan jenis tanah muda sehingga unsur hara yang dikandungnya belum dapat digunakan secara optimum. Jenis tanah ini umumnya cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap oleh tanaman. Hal ini disebabkan oleh proses pelapukan belum berjalan optimum. Namun jenis tanah ini masihlah cukup sesuai untuk lahan tambak dengan cara mempercepat pelapukan melalui cara pemupukan dan penggarapan. 

Kedalaman Efektif Tanah 

Menurut Sitorus (1985), kedalaman efektif tanah adalah kedalaman suatu lapisan tanah dari permukaan hingga ke lapisan dengan ciri fisik tanah yang lebih kasar dan padat (sampai pasir, kerikil, plintit atau batuan induk). Kedalaman efektif tanah ini sangatlah penting karena menjadi acuan untuk menentukan dalam atau tidaknya batuan dasar bagi pondasi areal pertambakan. Semakin dalam suatu lapisan tanah hingga mencapai lapisan bertekstur kasar maka lahan dengan ciri tersebut memiliki tingkat produktifitas yang lebih baik. Kondisi pada tiap lapisan tanah memiliki ciri yang berbeda dengan tingkat kesuburan yang berbeda pula. Semakin dalam lapisan tanah maka teksturnya akan lebih kasar dan tingkat kesuburan yang semakin rendah. Oleh karena itu kedalaman efektif tanah merupakan kriteria penting dalam menentukan kelayakan suatu lahan pertambakan. 

Reaksi Tanah 

Reaksi tanah (pH tanah) merupakan parameter penting dalam menilai kelayakan suatu lahan untuk budidaya tambak. Reaksi tanah bagi lahan tambak harus netral atau sedikit alkalis dan tidak berpotensi masam. Potensi kemasaman tanah berkaitan erat dengan Sulfida, baik Sulfida besi, Aluminium dan Mangan dalam tanah. Senyawa ini apabila teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat. Di alam pyrit dapat teroksid secara kimiawi dan mikrobial yang membebaskan ion hidrogen (H+) atau akan meningkatkan kemasaman seperti terlihat dalam reaksi kimia berikut: 

FeS2 + 7/2 O2 + H2O -----> Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+ 

Ion ferro (Fe2+) yang terbentuk sangat mudah teroksid oleh oksigen dari udara dan pada pH rendah dapat teroksid oleh bakteri Thiobacillus ferroxidans dan Ferrobacillus ferroxidans, sehingga senyawa menjadi : 

FeS2 + 15/2 O2 + H2O -----> Fe3+ + 2 SO42- + 2 H+

Ion ferri (Fe3+) dalam pH rendah (pH 3 – 3.5) lebih efektif dalam mengoksid pyrit daripada oksigen bebas, dengan reaksi sebagai berikut. 

FeS2 + Fe3+ + 8H2O -----> 2Fe3+ + 2 SO42- + 16 H+ 

Demikian pula pada pH tinggi ion ferri (Fe3+) terhidrolisis menjadi ferri hidrosida. 

Fe3+ + 3H2O -----> Fe(OH)3 + 3H+ 

Unsur belerang dapat teroksid menjadi asam sulfat oleh bakteri Thiobacillus thioxidans, dengan reaksi : 

2 S +3O2 + 2 H2O -----> 2 H2SO4

Berdasarkan reaksi - reaksi di atas, terlihat tanah yang mengandung pirit dapat menimbulkan keasaman pada air tambak yang berkelanjutan. 

Beberapa kendala yang dijumpai pada lahan dengan tingkat kemasaman tinggi (pH < 4) adalah disinyalir adanya kandungan pirit, toksisitas besi, alumunium dan beberapa logam berat lainnya dan sulfat masam serta kurangnya kandungan fosfor. Selama periode musim kemarau yang panjang akan terjadi oksidasi pirit dan senyawa yang berpotensi masam, pada bagian tanah yang tidak terendam air seperti pematang. Selanjutnya pada musim hujan akan terjadi erosi dan kelarutan senyawa masam tersebut masuk ke dalam tambak, sehingga bisa berakibat fatal bagi udang dan ikan. Penurunan kualitas lingkungan secara drastis akibat kelarutan unsur toksik dan peluruhan unsur yang berpotensi masam dapat mengakibatkan pertumbuhan udang dan ikan menjadi lambat dan bahkan menyebabkan kematian mendadak. Selain itu pertumbuhan alga dapat terhambat oleh rendahnya pH, konsentrasi alumunium yang tinggi dan rendahnya unsur fosfat. Respon berbagai tipe tanah terhadap pertumbuhan pakan alami menunjukkan bahwa tanah dengan pH tanah rendah kurang baik untuk pertumbuhan jasad pakan (Tarunamulia dan Hanafi, 2000). 

Pasang Surut 

Pasang surut merupakan proses naik turunya muka air laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari (Nontji, 1987). Lahan pertambakan harus terletak pada daerah pasang surut dengan ketinggian yang sesuai, sehingga memudahkan dan ekonomis dalam konstruksi serta pengelolaan air. Arti penting elevasi yang dihubungkan dengan keadaan pasang surut air laut di lokasi setempat ialah agar usaha tambak bisa dikelolah secara ekonomis, terutama menyangkut pekerjaan pengairan, pergantian air tambak, serta pengeringan dasar menjelang musim tanam (Buwono, 1993). 

Menurut Suseno (1984), ketinggian alas seluruh tambak tidak boleh melebihi tinggi permukaan air pasang tertinggi oleh karena pasokan air laut hanya dapat dilakukan jika ketinggian lahan tambak dibawah ketinggian permukaan air pada saat pasang tertinggi. Demikian pula ketinggian lahan tambak tidak boleh kurang (lebih rendah) daripada tinggi permukaan air surut terendah oleh karena pada kondisi ini tidak memungkinkan untuk dilakukan pengurasan meskipun pada saat air laut surut. 

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1991), fluktuasi pasang surut air laut yang dianggap memenuhi syarat untuk lahan tambak adalah antara 1 - 3 meter. Apabila suatu daerah memiliki fluktuasi pasang surut lebih dari dari 4 meter, daerah tersebut tidak sesuai untuk lahan tambak. Kondisi ini memungkinkan sering terjadi banjir dan meluap terutama pada saat terjadi pasang tertinggi. Selain itu, tambak yang terletak pada lokasi dengan pasang surut yang besar pada umumnya memiliki tanggul yang tinggi menyulitkan dalam mempertahankan volume air di dalam tambak agar tetap memadai pada saat air sedang surut, karena tekanan air terhadap pamatang tambak menjadi sangat besar dan sering mengakibatkan bobolnya pamatang. Bila fluktuasi pasang surut di suatu daerah kurang dari satu meter, daerah tersebut juga kurang baik untuk lahan tambak, sebab daya jangkau air terlalu pendek sehingga proses pengisian dan pengeringan air tidak dapat dilakukan dengan baik. 

Curah Hujan 

Curah hujan tahunan merupakan banyaknya volume air hujan yang diperoleh persatuan waktu. Curah hujan sangat mempengaruhi operasional tambak sehingga dalam penyusunan perencanaan pemanfaatan air untuk budidaya tambak sangatlah penting diperhatikan. 

Menurut Djurjani (1998), curah hujan tahunan yang memenuhi tingkat kelayakan untuk penilaian sebagai syarat ideal untuk budidaya tambak berkisar antara 2000-3000 mm/thn. Curah hujan menentukan kadar garam dalam suatu perairan, apabila curah hujan dalam suatu wilayah dibawah nilai standar maka kadar garam perairan akan tinggi, sebaliknya apabila curah hujan dalam suatu wilayah melebihi nilai standar maka kadar garam perairan akan rendah. Kedua kondisi ini tidak ideal bagi lahan pertambakan karena dapat meyebabkan “stres” dan sering sekali menyebabkan kematian pada hewan kultur.

Demikian tulisan tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dapatkan tulisan menarik lainnya SEPUTAR DUNIA LAUT hanya di http://seputar-dunialaut.blogspot.com/



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 5:27 PM and have 1 komentar

1 komentar:

  1. Graton Casino Near Bryson City NC - MapYRO
    Get directions, reviews 문경 출장마사지 and information for Graton Casino near Bryson City, 강원도 출장샵 NC in Bryson City, 충청북도 출장마사지 NC. Nearby Fishing Club; 제주 출장마사지 Nearby Harpers Ferry Boardwalk; 보령 출장안마 Nearby

    ReplyDelete